Korsel Resesi Seks

Korsel Resesi
Warga Korea Selatan memberi tiga sorakan kepada negara itu saat mereka berbaris dalam rapat umum untuk memperingati seratus tahun Gerakan Kemerdekaan Pertama Maret melawan pemerintah kolonial Jepang (1910-45), di Seoul, Korea Selatan, Jumat, 1 Maret 2019. (AP / Ahn Young-joon)

ACEHINDEPENDENT.COM,  – Tingkat kesuburan negara itu pertama kali turun lebih rendah dari satu anak per wanita pada 2018.Pada Rabu (24/8/2022), angka yang dikeluarkan oleh pemerintah menunjukkan tingkat kesuburan telah turun ke 0,81 per wanita. Catatan ini merupakan penurunan keenam secara berturut-turut.

Sebagai perbandingan, angka rata-rata di negara-negara paling maju di dunia adalah 1,6 anak per wanita.

Bacaan Lainnya

Adapun, negara membutuhkan setidaknya dua anak per pasangan – tingkat 2,1 – untuk menjaga populasi mereka pada ukuran yang sama, tanpa migrasi.

Melansir BBC, Kamis (25/8/2022), OECD menyatakan tingkat kesuburan telah menurun tajam dalam enam dekade terakhir. Namun, tren tersebut sangat menonjol di Korea Selatan, di mana jumlah keluarga telah berkurang dalam rentang beberapa generasi.

Pada awal 1970-an, wanita rata-rata memiliki empat anak.

Populasi yang menurun dapat menempatkan suatu negara di bawah tekanan besar. Terlepas dari peningkatan tekanan pada pengeluaran publik karena permintaan untuk sistem perawatan kesehatan dan pensiun meningkat, populasi pemuda yang menurun juga menyebabkan kekurangan tenaga kerja yang berdampak pada ekonomi.

Jika populasi Korea Selatan terus menyusut, tidak akan ada cukup orang untuk menumbuhkan ekonominya, merawat populasinya yang menua, dan wajib militer menjadi tentaranya.

Pada 2020, ada kekhawatiran yang meluas di Korea Selatan ketika mencatat lebih banyak kematian daripada kelahiran untuk pertama kalinya.

Dalam beberapa tahun terakhir, tekanan ekonomi dan faktor karir telah menjadi pertimbangan utama bagi orang-orang yang memutuskan untuk memiliki anak.

Untuk angka tahun 2021, para ahli menyebutkan biaya hidup yang lebih tinggi, lonjakan harga rumah, dan dampak pandemi Covid sebagai faktor yang membuat mereka enggan memiliki anak.

Dengan kata lain, telah terjadi resesi seks di negara tersebut. Politisi telah mengetahui selama bertahun-tahun akan hal ini, tapi tidak dapat berbuat banyak.

Mereka telah mengeluarkan miliaran dolar untuk mencoba meyakinkan orang untuk memiliki anak. Uang memang dinilai menjadi faktor utama. Membesarkan anak-anak di Korea Selatan tergolong mahal.

Di sisi lain, negara ini memiliki kesenjangan upah gender tertinggi di antara negara kaya. Sebagian besar pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak di Korea Selatan masih jatuh ke tangan perempuan dan merupakan hal yang umum bagi perempuan untuk berhenti bekerja setelah memiliki anak atau karier mereka mandek.

Intinya, banyak wanita di sini yang masih dipaksa memilih antara berkarir atau berkeluarga.

sumber : cnbcindonesia

Pos terkait