BBM Mahal Jadi Salah Satu Pemicu Kenaikan Harga Beras

BBM Mahal Jadi Salah Satu Pemicu Kenaikan Harga Beras

ACEHINDEPENDENT – Peneliti Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Eliza Mardian melihat faktor utama kenaikan harga beras dipicu naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subisidi jenis solar. Menurutnya, ketika harga BBM subsidi solar naik, maka otomatis biaya produksi beras akan semakin melambung.

“Kenaikan harga beras ini imbas dari kenaikan harga BBM subsidi solar. Ketika BBM subsidi naik, otomatis biaya untuk traktor akan naik juga belum lagi biaya pompa air jika lahan kekurangan air. Pada saat biaya traktor naik, biaya jadi ikut terkerek. Pada akhirnya secara agregat menaikkan biaya produksi,” jelas Eliza saat dihubungi Tirto, Sabtu (8/7/2023).

Bacaan Lainnya

Eliza menjelaskan ketika biaya produksi semakin meningkat namun harga tidak menyesuaikan, maka keuntungan petani akan semakin menipis hingga merugi.

“Hal ini akan membuat nilai tukar petani bisa bisa dibawah 100 yg artinya petani tidak untung, malah merugi,” jelasnya.

Maka dari itu, Eliza menyebut pemerintah perlu melakukan penyesuaian harga agar petani dapat bersemangat dalam memproduksi beras.

“Makanya harus dilakukan penyesuaian agar petani bergairah berproduksi. Petani makhluk ekonomi, dia akan berproduksi jika menguntungkan,” tuturnya.

Kenaikan harga BBM juga akan berdampak kepada sektor distribusi beras. Oleh sebab itu, Eliza berharap pemerintah dapat memberikan bantuan berupa subsidi BBM kepada para petani. Agar, biaya produksi hingga distribusinya dapat ditekan dan hal ini nantinya juga berimbas kepada harga beras yang turun di level konsumen.

“Itulah mengapa sebaiknya pemerintah memberikan bantuan subsidi BBM kepada petani dan jasa pengangkutan,” pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkfli Hasan atau Zulhas mengakui harga beras yang naik saat ini dikarenakan adanya biaya produksi beras yang ikut naik. Harga beras beberapa hari belakangan terus mengalami kenaikan harga hampir di seluruh wilayah Indonesia.

“Beras itu memang biaya produksi di petani naik,” ucap Zulhas saat ditemui di Kantor Kemendag, Jakarta, Kamis (6/7/2023).

Zulhas mengatakan, Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) tetapi hingga saat ini masih belum direstui oleh Presiden Indonesia Joko Widodo.

“Bapanas menetapkan HET beras yang naik cuma belum disetujui sama presiden,” kata Zulhas.

Zulhas menyayangkan jika harga masih rendah, maka imbasnya akan ke Petani. Namun ia melihat, jika kondisinya saat ini dibandingkan biaya produksi, seharusnya HET tidak di angka Rp9.400.

“Sebenarnya kasihan petani kalau masih rendah tapi memang kondisinya kalau dibandingkan biaya produksi harusnya tidak Rp9.400 lagi, kan itu masih HET lama Rp9.450,” ungkapnya..(*)

sumber: tirto

 

Pos terkait