Kasus HIV dan Sifilis Meningkat, Didominasi Ibu Rumah Tangga

Ilustrasi HIV/AIDS

JAKARTA – Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Indonesia meningkat di tahun 2023. Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Muhammad Syahril menyebut penularan kasus didominasi oleh ibu rumah tangga.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV mencapai 35%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kasus HIV pada kelompok lainnya seperti suami pekerja seks dan kelompok MSM (man sex with man).

Bacaan Lainnya

“Aktivitas ini telah menyumbang sekitar 30% penularan dari suami ke istri. Dampaknya, kasus HIV baru pada kelompok ibu rumah tangga bertambah sebesar 5.100 kasus setiap tahunnya,” kata dr. Syahril.

Ia mengatakan, penyebab tingginya penularan HIV pada ibu rumah tangga karena pengetahuan akan pencegahan dan dampak penyakit yang rendah serta memiliki pasangan dengan perilaku sex berisiko.

Di Aceh, Kasus HIV dan AIDS Capai 2.021 Kasus

Sementara itu dari Banda Aceh dilaporkan bahwa Dinas Kesehatan Aceh mencatat pengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) di daerah tersebut mencapai 2.021 kasus. Adapun rinciannya yakni, penderita HIV sebanyak 1.270 kasus dan AIDS 751 kasus.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Aceh, dr. Iman Murahman, Sp.KKLP, mengatakan, bahwa HIV dan AIDS memiliki perbedaan. HIV adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia namun tidak memiliki gejala, sedangkan AIDS suatu kondisi penurunan daya tahan tubuh yang parah akibat dari serangan virus HIV tersebut.

“Jika kita lihat yang masih dalam pengobatan HIV/AIDS itu ada 717 pasien, dan yang  terbanyak di kota Banda Aceh yakni 302 pasien,” kata Iman di Banda Aceh, pada (Selasa, 9/5).

Menurut Iman, Banda Aceh memiliki pasien HIV dan AIDS terbanyak di Aceh. Hal itu disebabkan  karena di pusat ibukota Provinsi Aceh ini terdapat tempat pengobatan di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA), RSUD Meuraxa, dan lainnya.

“Faktor utama penularan penyakit HIV dan AIDS di Aceh adalah sex bebas. Kemudian dari ibu hamil ke bayi, pengguna narkoba, suntik dengan memakai jarum yang sama dan berulang,” ungkapnya.

Iman juga mengungkapkan jika dalam 2-3 tahun terakhir ini kasus terbanyak didominasi oleh LSL.

“Untuk di Provinsi Aceh sementara ini kasus terbanyak dalam 2-3 tahun terakhir didominasi oleh Lelaki Sex Lelaki atau LSL”, tambah Iman.

Selama ini Dinas Kesehatan Aceh telah berupaya untuk pencegahan HIV/AIDS  yang dilakukan dengan pendekatan  kepada populasi kunci. Mulai pekerja sex, LSL, waria, pengguna narkoba suntik dimana memberikan edukasi dan melakukan Screening.

“Kemudian pencegahan dari  ibu ke anak agar tidak ada lagi yang tertular HIV dan bisa hidup normal,” ucap Iman.

Memang ibu hamil diwajibkan untuk memeriksa HIV, termasuk pula semua warga binaan penjara,  pekerja seks, LSL dan waria. Selain itu juga memberikan penyuluhan ke sekolah-sekolah, Dayah dan tempat pendidikan lainnya.

“Bagi yang sudah terkena HIV kita lakukan pengobatan serta pemeriksaan setiap tahun, untuk melihat virus tersebut sudah meningkat atau tidak,” ucap Iman.

Dinas Kesehatan Aceh, juga melakukan sosialisasi kesehatan di rumah sakit tingkat provinsi dan Puskesmas untuk pencegahan HIV/AIDS.

“Kendala penanganan HIV di Aceh tidak mempunyai komunitas khusus untuk pengobatannya, pasien HIV biasanya berkunjung ke tempat-tempat fasilitas pelayanan kesehatan yang dimiliki  pemerintah. Apalagi, di daerah kita belum semua memiliki tempat pelayanan khusus penanganan HIV/AIDS,” pungkas Kabid P2P Dinas Kesehatan Aceh itu. (adv)

Pos terkait