Tak sedikit orang yang bepergian menggunakan bus mengalami mabuk perjalanan. Secara ilmiah hal ini timbul karena ketidakseimbangan otak. Ada semacam kebingungan koordinasi panca indera.
Melansir Medical News Today, sistem saraf pusat menerima pesan yang bertentangan dari sistem sensorik: telinga, mata, reseptor tekanan kulit, dan lainnya. Misalnya duduk di dalam bus dan penglihatannya tidak keluar jendela.
Yang terjadi adalah telinga bagian dalam merasakan gerakan dari segala arah yang menunjukkan adanya pergerakan, tetapi mata melihat pandangan yang statis, seolah tidak bergerak sama sekali.
Inilah yang disebut sebagai konflik antar input ke sistem saraf, sehingga timbul rasa mual ingin muntah. Selain itu ditemukan juga kasus mata menjadi kunang-kunang. Maka dari itu idealnya saat di dalam perjalanan dan merasakan mual, bisa langsung melihat keluar.
Duduk di belakang bisa mual
Tak cuma itu, Kepala Operasional PT Safari Dharma Sakti, Kemal Maulana juga menjelaskan posisi duduk di dalam bus yang bikin cepat mual. Yakni posisi belakang, karena menurutnya bantingan suspensi berdampak pada timbulnya rasa ingin muntah.
“Posisi duduk di belakang itu banyak kekurangannya. Posisi mesin kan biasanya di belakang. Nah ini, kalau lagi berakselerasi, kadang masih masuk getaran mesinnya. Meski peredamnya sudah bagus,” kata saat dihubungi kumparan.
Getaran mesin yang terasa cukup keras bakal membuat perasaan tidak nyaman bagi penumpang. Kemudian bantingan suspensi yang berayun-ayun juga cukup terasa saat duduk di belakang. Akhirnya, menimbulkan rasa mual.
“Toilet bus juga kan umumnya di belakang. Meski ada wewangian, kadang baunya sering masuk ke area kabin (akhirnya menimbulkan rasa mual bagi penumpang),” ujarnya.
Disarankan, penumpang yang sering mabuk perjalanan duduk di area tengah atau depan. Khusus area tengah, ada area yang harus dihindari karena posisinya ada di atas roda.
“Kalau memang mau istirahat atau tidur selama di perjalanan. Lebih baik, di tengah, karena tidak silau. Namun, ada baris kursi yang biasa dihindari yakni baris ketiga dan keenam. Ini dikarenakan posisinya berada di atas roda. Guncangannya bakal terasa,” terangnya.
Bila duduk di depan, rasa mual penumpang bisa teralihkan dengan melihat pemandangan selama perjalanan. Sayangnya, bila melakukan perjalanan di malam hari, kursi di dekat sopir ini kadang menerima sorot lampu dari arah berlawanan secara langsung.
“Memang kekurangannya silau kalau melakukan perjalanan malam hari. Karena, sorot lampu kan langsung masuk lewat kaca tanpa penghalang. Tetapi, kalau melakukan perjalanannya di siang hari, tidak ada masalah,” urainya.