ACEHINDEPENDENT.COM – Warung kopi tempat silaturahmi di Aceh sudah menjadi tradisi, dan ini tidak asing lagi jika berkunjung ke provinsi paling barat Indonesia, segala kegiatan yang berupa kumpul-kumpul, malam minggu, bertemu klayen dan bahkan rapat kantoran sering dilakukan di warung kopi, bahkan ada juga pengajian dan buka puasa bersama dilakukan di warung kopi.
Sangking seringnya aktifitas dilakukan di warung kopi membuat Aceh bisa disebut surganya warung kopi, ini dapat kita liat menjamurnya warkop yang terus bertambah, setiap tahunnya bahkan bisa dalam satu daerah atapun tempat yang sama memiliki lima hingga enam warung kopi.
Dampak yang dirasakan dari segi ekonomi memang menggiurkan, secara kasap mata dapat kita lihat dari pengunjung yang datang setiap harinya hingga malam hari, dapat membuat orang tergiur untuk memiliki usaha warkop.
Namun itu semua ada yang pro kontra terkait jam oprasional warung kopi, seperti baru-baru ini ada surat edaran Gubernur Aceh yang mengintruksikan warkop buka hingga pukul 00.00 Wib dini hari atau jam 12 malam, berbagai reaksi timbul atas surat edaran tersebut, baik dari pengamat maupun tokoh-tokoh, pengusaha dan masyarakat saling mengeluarkan argumen masing-masing terkait hal tersebut.
Ada yang setuju ada pula yang tak setuju, itu sadah lumrah jika seatiap peraturan yang dikeluarkan pastilah menjadi kotroversi, entahlah dibalik semua itu, aceh tetap menjadi surganya penikmat kopi, dan sekarang sudah menjadi trend, setiap malam minggu atapun malam libur, kede kopi menjadi tempat berkumpul keluarga, ada yang sekedar minum kopi bahkan hingga menikmati berbagai jenis makanan yang ada di tempat tersebut.
Rata-rata kedai kopi yang ada di Aceh kini sudah memulai konsep bangunan terbuka, atau menyatu dengan alam, dan konsumen lebih suka hal tersbut, dibandingkan dengan kedai kopi yang memang berada didalam ruko ataupun tempat tertutup, itu dapat kita lihat dari tren pengunjung kedai kopi yang ramai pengunjung, rata-rata tempatnya terbuka atapun hanya menggunakan atap saja dan tidak menggunakan dinding ataupun penyekat ruangan.
Dampak dari hadirnya warkop moderen berakibat dengan omset warkop yang masih tradisional, itu nampak jelas warko-warkop yang masih tersisa yang masih mengusung konsep tradisional,mereka kalah bersaing dengan yang moderen, nampak jelas dari segi pengunjung hingga berdampak dari segi penghasilan mereka yang jelas bagi warkop tradisional jika mereka ingin bangkit mereka harus berbenah karena penikmat kopi jaman sekarang adalah kaum muda-mudi yang butuh tempat moderen dan terbuka.