ACEHINDEPENDENT.COM, Jakarta – Harga minyak melonjak karena krisis antara Rusia dan Ukraina meningkat. Namun, harga bergerak dari level tertingginya selama perdagangan pertengahan pagi di Wall Street.
Pada Senin malam, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukan ke dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur dan mengatakan dia akan mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk.
Dikutip dari CNBC, Rabu (23/2/2022), harga minyak mentah AS melonjak lebih dari 3 persen pada satu titik ke level tertinggi USD 96. Kontrak mengakhiri sesi 1,4 persen lebih tinggi pada USD 92,35 per barel. Brent diperdagangkan setinggi USD 99,50, sebelum menetap di USD 96,84 per barel untuk kenaikan 1,52 persen.
Meningkatnya ketegangan telah mengirimkan kegelisahan di pasar, mendorong harga minyak lebih tinggi. Pada hari Jumat, Presiden AS Joe Biden mengatakan AS yakin Putin telah memutuskan untuk melakukan serangan terhadap Ukraina “dalam beberapa hari mendatang.”
Rusia telah membangun sekitar 150.000 tentara di sepanjang perbatasannya dengan Ukraina, dan pemerintahan Biden pekan lalu mengatakan bahwa sebanyak 7.000 tentara tambahan telah bergabung.
Ketegangan militer telah memicu kekhawatiran bahwa Rusia mungkin bersiap untuk menyerang Ukraina, memicu kekhawatiran akan terulangnya aneksasi dan pendudukan ilegal Kremlin atas Krimea pada tahun 2014.
Rusia adalah pemasok gas alam dan minyak terbesar ke Uni Eropa tahun lalu, dan ketegangan ini mendukung harga minyak.