Penyakit Tidak Menular Jadi Penyebab Kematian Remaja, Ini Langkah Kemenkes dan UNICEF

Program “Youth for Health Innovation Challenge”. Kemenkes bersama United Nations Children's Fund (UNICEF) mengajak remaja Indonesia khususnya di Aceh dan Bandung untuk mengatasi tantangan kesehatan di masa depan. Ist

Banda Aceh – Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan melalui melaporkan Indonesia mengalami peningkatan dalam prevalensi penyakit tidak menular.

Dalam Riskesdas 2018, Kemenkes mencatat prevalensi penyakit kronis yang bertanggung jawab atas sebagian besar kematian akibat penyakit tidak menular.

Bacaan Lainnya

Penggunaan tembakau, termasuk merokok merupakan salah satu risiko global kematian akibat penyakit tidak menular.

WHO bahkan menyebut merokok baik aktif maupun pasif menyumbang lebih dari 8 juta kematian setiap tahun. 

Indonesia sendiri menghadapi ancaman serius akibat peningkatan jumlah perokok, bahkan 22 dari 100 remaja usia 15-19 tahun telah merokok.

Kemenkes bersama United Nations Children’s Fund (UNICEF) mengajak remaja Indonesia khususnya di Aceh dan Bandung untuk mengatasi tantangan kesehatan di masa depan.

“Remaja berhak untuk didengar dan berpartisipasi secara otentik dan bermakna dalam semua hal yang mempengaruhi mereka, termasuk kesehatan dan kesejahteraan,” ujar Sojung Yoon, perwakilan dari UNICEF Indonesia berdasarkan keterangan resmi, Senin, (03/10/2022).

“Peluang untuk partisipasi dan pengambilan keputusan membantu meningkatkan ketahanan remaja dan perkembangan yang sehat. Sayangnya, remaja belum terlibat secara bermakna dalam berbagai upaya pengendalian penyakit tidak menular,” tambah Sojung Yoon.

UNICEF mengundang remaja usia 10-19 tahun untuk mencari solusinya dengan cara ko-kreasi dengan menggunakan pendekatan inovasi untuk memastikan partisipasi remaja dalam program “Youth for Health Innovation Challenge”.

Dalam program tersebut, remaja akan diberikan tantangan untuk menemukan cara inovatif menyuarakan ide, pemikiran, dan aspirasi mereka untuk mengatasi ancaman kesehatan yang muncul.

“Program ini akan memungkinkan remaja untuk membingkai ulang isu saat ini, membayangkan kemungkinan masa depan, dan menguji ide-ide inovatif mereka berdasarkan pengalaman mereka sendiri,” jelas Sojung Yoon. 

Youth For Health Innovation Challenge juga akan membekali para remaja dengan pengetahuan kontekstual dan keterampilan abad ke-21 dan merancang ide inovatif yang dapat ditransfer ke komunitas mereka masing-masing.

“Program ini akan memastikan keterlibatan dan partisipasi remaja, termasuk mereka yang paling terpinggirkan dan rentan,” ucap Sojung Yoon.

Adapun kegiatan pertama dari program tersebut baru saja dilaksanakan pada hari Sabtu (1/10) di Amel Convention Center Hall, Banda Aceh dan berjalan sukses dengan diikuti oleh kurang lebih 200 peserta remaja usia 10-19 tahun dari berbagai sekolah di Banda Aceh.

Acara ini menghasilkan berbagai ide inovasi yang bisa dikembangkan lebih lanjut untuk menjadi solusi atas permasalahan tersebut di atas.

Untuk penyelenggaraan kegiatan ini, UNICEF menggandeng PT Investasi Inovasi Indonesia atau Innovesia sebagai mitra konsultan inovasinya yang juga didukung oleh sejumlah mitra lainnya dari Banda Aceh seperti Aceh Youth Action, Youth ID, Mitra Muda, Ate Fulawan, dan PBKI Aceh.

Tak hanya di Aceh, program Youth For Health Innovation Challenge juga bisa diikuti secara langsung di kota Bandung pada 8 Oktober 2022, tepatnya di Horison Ultima Bandung, Jalan Pelajar Pejuang 45 No. 121, Buah Batu, Bandung.

“Kami berharap “Youth for Health Innovation Challenge” dapat membuka pintu bagi remaja di dua kota tersebut untuk partisipasi yang berarti dalam masalah kesehatan remaja dan memungkinkan mereka untuk membuat perbedaan dalam kehidupan dan komunitas mereka sendiri,” pungkas Sojung Yoon, dikutip tribunnews.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh, Iman Murahman mengatakan, melalui CERDIK masyarakat juga remaja  bisa memulai menata pola hidup dari mulai mengatur pola makan dan pola istirahat, hal ini menjadi kunci penting dalam hidup sehat.

“Perilaku CERDIK. Yaitu Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet gizi seimbang (makan buah sayur tiap hari), Istirahat cukup, dan Kelola stres, ” jelasnya.

Ia menjelaskan, Kegiatan pencegahan penyakit jantung koroner di kab/kota terutama di puskesmas melalui Pandu PTM sebagai pendekatan factor resiko terintegrasi di FKTP, dengan melakukan tatalaksana hipertensi dan diabetes dengan pendekatan factor resiko PTM dan prediksi resiko penyakit jantung dan stroke dengan Charta WHO Pen Cek Kesehatan Secara Berkala. Kemudian Makna C pada kata Cerdik berarti Cek Kesehatan Secara Berkala. Pada umumnya penyakit tidak menular ini bisa dicek sedini mungkin. Jika sejak dini sudah diketahui apa penyakitnya, bisa dilakukan pencegahan dan pengobatan lebih lanjut.

Kemudian Enyahkan Rmaja Asap Rokok. Fakta kesehatan mengungkap jika asap rokok tidak bagus untuk perokok aktif maupun pasif. Serta Rajin Aktifitas Fisik

“Aktifitas fisik bisa apa saja. Tujuannya yakni untuk membakar kalori. Kalori yang didapatkan dari makanan harus sesuai dengan apa yang kita keluarkan, kalau tidak, bisa menumpuk dan mengakibatkan metabolisme yang bersifat negatif. Dianjurkan setiap hari rutin melakukan aktivitas fisik selama kurang lebih 30 menit baik jogging ataupun olahraga lainnya, ” jelasnya.

Kemudian diet Sehat Dengan Kalori Seimbang. Diet bukan berarti tidak makan makanan yang mengandung lemak, gula, dan lainnya. Namun diet di sini artinya mengatur asupan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Cukup penting untuk mengonsumsi sayur dan buah dengan porsi yang cukup setiap hari.

Selanjutnya  Istirahat yang Cukup. Istirahat juga menjadi cara untuk mencegah mengidap penyakit tidak menular. Minimal dengan melakukan pola hidup sehat, masyarakat bisa melakukan pencegahan dini terhadap penyakit tidak menular.

Serat terkahir  Kelola Stres. Pada huruf terakhir cerdik, Kelola stres juga menjaga peran penting. Setiap orang hidup pasti memiliki masalah sendiri-sendiri, untuk terhindar dari penyakit stres, masyarakat bisa melakukan curhat.

“Sebab stres pada tingkat tertentu bisa menyerang fisik. Itulah cara untuk mencegah dini menghindari penyakit tidak menular, ” jelasnya. (adv)

 

Pos terkait