Drama Kelahiran di Tepi Laut Jadi Pemicunya

BERAWAL DARI KEPRIHATINAN: Dokter Sonny Fadli SpOG saat menjemput pasien ke salah satu pulau di Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau, untuk dibawa ke rumah sakit. (Dokter Sonny Fadli SpOG UNTUK JAWA POS)

Angka kematian ibu di Indonesia masih 305 orang per 100 ribu kelahiran hidup. Keprihatinan itu memicu lahirnya inisiatif untuk membuat layanan telemedisin tentang kehamilan.

Bacaan Lainnya

FERLYNDA PUTRIJakarta

SPEEDBOAT yang menjemput pasien yang akan melahirkan itu tak bisa bersandar dekat dengan pantai. Air laut sedang surut. Sang ibu hamil pun harus digotong ramai-ramai ke tengah laut.

Perempuan tersebut sudah cukup tua untuk melahirkan. Usianya di atas 35 tahun. Selain itu, menurut pemeriksaan, plasenta atau ari-arinya menutupi jalan lahir.

Meski pembukaan sudah lengkap, bayi tak kunjung keluar. Satu-satunya jalan adalah operasi.

Padahal, rumah sakit dengan pulau tempat ibu itu berjarak sekitar 1 jam perjalanan dengan menaiki speedboat. Seandainya ibu tersebut sudah diberi tahu harus merapat ke rumah sakit terdekat sebelum waktunya melahirkan, mungkin tak perlu ada drama kecemasan seperti di tepi laut pada akhir Februari lalu itu.

Kejadian itulah yang menjadi salah satu pencetus lahirnya Hamilku.id. Dokter Sonny Fadli SpOG, sang inisiator, merasa resah karena seharusnya kejadian seperti itu bisa diantisipasi. Dengan begitu, melahirkan dengan risiko dapat dihindari atau setidaknya diminimalkan.

Kejadian di daerah terluar dan terpencil biasanya memang tak terlepas dari persoalan akses. Sonny yang pernah bertugas di Mamberamo, Papua, merasakan hal yang sama ketika ditempatkan di Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau, selama setahun terakhir. Jumlah tenaga kesehatan maupun fasilitas kesehatan tak sebanyak di Jawa. Akibatnya, risiko keparahan meningkat.

Jumlah pasien yang datang tak sebanyak ketika praktik di Jawa. ”Begitu ada pasien, yang datang pasien terlambat,” kata Sonny kepada Jawa Pos kemarin (21/12).

Dari sini dia berdiskusi dengan beberapa teman dokter. Telemedisin merupakan salah satu opsi solusinya. Di luar negeri, telemedisin memang sudah lazim digunakan. Namun, bagaimana jika itu diterapkan di Indonesia, negara dengan angka kematian ibu masih 305 orang per 100 ribu kelahiran hidup?

Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), Surabaya, itu pun mengumpulkan beberapa orang untuk mewujudkan gagasan tersebut menjadi sebuah solusi. Aplikasi untuk ibu hamil harus diwujudkan. Dia memilih telemedisin karena tak menemukan cara lain yang lebih mudah dan cepat diaplikasikan di tempatnya bertugas di Kabupaten Kepulauan Anambas.

Sekitar Juni, lahirlah Hamilku.id sebagai domain inti. Lalu, ada tiga subdomain: Bidan.Hamilku.id untuk bidan, Dokter.Hamilku.id untuk dokter umum, dan Obgyn.Hamilku.id. ”Sementara untuk dokter umum dan bidan,” kata Sonny.

Saat ini Hamilku.id baru berupa website sehingga dapat diakses melalui komputer maupun handphone. Ketika ada kasus gawat, bidan atau dokter umum bisa berkonsultasi dengan spesialis kandungan.

Tahap awalnya, bidan atau dokter umum memasukkan data kondisi pasien. Paling baik ketika mulai trimester pertama. Jadi, kondisi pasien terpantau. Dari sini, dokter spesiais kandungan akan membuatkan skrining risiko.

Sejak Juni, ada 50 ibu hamil. Seluruhnya merupakan pasien dari dokter umum dan bidan di empat puskesmas di Kabupaten Kepulauan Anambas. Sementara, dokter spesialis kandungannya baru Sonny.

Di Kabupaten Kepulauan Anambas, memang baru ada tiga spesialis kandungan dan salah satunya adalah Sonny. ”Ini kan masih trial. Jadi, sementara saya serahkan ke bidan-bidan puskesmas di wilayah rumah sakit tempat saya praktik,” ungkap dokter yang berpraktik di RSUD Tarempa tersebut.

Bidan di puskesmas bertugas melakukan skrining. Jika tak ada risiko, pemeriksaan hingga persalinan cukup dilakukan di bidan. Jika ada risiko sedang, bisa terhubung dengan dokter umum. Lalu, jika ternyata memiliki riwayat risiko yang berat, pasien bisa ditangani spesialis kandungan.

Di daerah, spesialis kandungan acap kali hanya ditemui di rumah sakit daerah. Jika jangkauan rumah sakitnya luas atau geografisnya susah, bidan otomatis menjadi ujung tombak. Lalu, ketika mendekati persalinan, ibu hamil bisa mendekat ke rumah sakit yang memiliki dokter spesialis kandungan.

Pada saat percobaan ini, ternyata Hamilku.id bisa membantu pengawasan Covid-19 terhadap ibu hamil. Misalnya, jika terdapat riwayat ibu hamil belum divaksin, Sonny akan memberikan pengingat dan rekomendasi untuk segera mendapat vaksin Covid-19.

Seharusnya tepat pada Hari Ibu hari ini aplikasi tersebut sudah bisa diakses secara luas. Sayangnya, pada awal Desember terjadi kebakaran di Gedung Cyber, Jakarta, yang akhirnya mengakibatkan gangguan pada sistem aplikasi Hamilku.id. ”Launching-nya jadi mundur Januari,” jelasnya.

Namun, Sonny dkk jadi memiliki waktu untuk mengembangkan aplikasi. Saat ini baru ada integrasi komunikasi antara dokter spesialis kandungan, dokter umum, dan bidan. Ke depan, dikembangkan fitur komunikasi dengan ibu hamil. ”Pengembangan masih terus dilakukan,” ujarnya.

Sonny juga telah menghubungi sejawatnya di beberapa rumah sakit di Jember, Banyuwangi, Malang, dan Sidoarjo. Suami dari dr Zettira Maulida SpOG itu ingin agar Hamilku.id memberikan manfaat lebih luas. ”Harapannya nanti, lebih banyak yang merasakan manfaatnya,” tuturnya.

Angka kematian ibu yang tinggi, menurut Sonny, bisa diatasi. Kuncinya adalah memberikan pelayanan yang cepat sehingga kasus kegawatan pada ibu hamil dapat segera tertangani. Dengan demikian, kejadian yang dialami si ibu pada akhir Februari lalu itu tak terulang. Beruntung, ibu dan bayinya akhirnya selamat.

EDITOR : Muhajir
SUMBER : jawapos.com

Pos terkait