ACEHINDEPENDENT.COM, Hidup, Sesuatu yang membuat saya menjadi sinting kala itu sekaligus naif adalah cerita dari tetangga saya sebut saja bernama Boris Alfonso (45) tentu itu bukan nama yang sebenarnya.
Katanya ia ingin sesuatu yang lebih, sesuatu yang menjanjikan, dan sesuatu yang fleksible akan waktu hidupnya, antara bisnis, kaya, dan tak mau bekerja lagi di tempatnya yang sekarang karena ada ide yang lebih baik; berbisnis di rumah sambil mengerjakan hal lain.
Padahal jika direnungi lebih dalam oleh orang-orang yang tak menjalankannya, tempat kerjanya yang sekarang menurut orang lain seperti saya; itu merupakan posisi ideal, pekerjaan ideal dengan waktu yang tak mengekang, dan juga tenaga yang terforsir tentu berimbang dengan gaji yang didapat Boris Alfonso itu.
Selayaknya kesempatan kerja di desa yang sedikit, kita harus mampu bersaing dengan kemampuan dan keberuntungan dengan orang lain.
Seorang penjaga sekolah seperti Boris Alfonso dengan bayaran lebih dari satu juta per bulan dengan tunjangan kerja yang jika di total 3 bulanan sudah mencapai “take homepay” sama dengan gaji saya sebagai karyawan swasta, yang sejumlah besaran UMK Kabupaten Cilacap sekitar 6 juta-an per tiga bulan.
Tentu secara pemikiran rasionalitas saya akan sangat disayangkan jika Boris Alfonso keluar begitu saja dari pekerjaannya sebagai penjaga sekolah yang waktu kerjanya pendek, yaitu membuka gerbang, menutup gerbang, bersih-bersih dan tempat sekolahnya sendiri tidak jauh dari rumahnya cukup jalan kaki.
Anak-anak sekolah libur, dirinya ikut santai, ada pandemi kemarin 2 tahun, selama itu pula dirinya bisa terkurangi beban kerjanya.
Dengan kemudian Boris Alfonso berilusi berbisnis dengan meninggalkan pekerjaan penjaga sekolah itu tanpa kejelasan dari kepastian akan bisnis yang akan dijalankan, yang dalam bayangannya sebuah toko kelontong karena rumahnya di pinggir jalan desa memungkinkan akan mampu menjaring pelanggan banyak.
Akan tetapi jika dipikir secara mendalam, di desa dengan segmentasi bisnis yang kurang menjanjikan, dan bicara desa saya perekonomiannya sangat terbatas perputarannya.
Bukan warganya tidak ada penghasilan, tentu ada, dan saya yakin desa saya dengan pertanian yang maju dapat dikatakan mencukupi secara ekonomi untuk kebutuhan hidup warganya sehari-hari.
Namun jika berbicara di desa saya untuk berbisnis, inilah yang sangat sulit meskipun itu merupakan toko kelontong yang mungkin mampu bertahan di berbagai segmen ekonomi apapun termasuk masyarakat desa seperti desa saya.
Toko kelontong yang menyediakan bahan pokok itu eksistensinya dan keberlanjutan bisnisnya ke depan tentu tak semudah itu, di samping harus kuat dalam permodalan, yang mana ekonomi di desa merupakan ekonomi yang cukup tetapi kembang kempis mengandalkan pertanian saja kurang kuat, di mana hasil yang tidak dapat didapatkan setiap hari dari pertanian.
Saya kira jika Boris Alfonso tetap dengan ilusinya tersebut, apa lagi dirinya juga seorang yang melajang karena perceraian dengan istrinya waktu itu dan kini hidup sendiri, nantinya bergantung saja hidup pada bisnis toko kelontong tentu akan sangat berisiko.
Ditambah mungkin dalam hal segi permodalan dirinya pasti kurang mumpuni hanya bermodalkan letak rumah di pinggir jalan desa dan mungkin sisa-sisa tabungan dari pekerjaannya sebagai penjaga sekolah itu.
Belum dengan kompetitor lain dalam bisnis toko kelontong yang sudah mapan sebelumnya di desa dengan barang yang komplit dan permodalan yang kuat, jelas itu merupakan kompetitor yang berat.
Karena permodalan, faktor barang, dan pelanggan juga sangat berpengaruh terhadap bisnis toko kelontong baru ke depan di desa jika itu akan dibangun oleh Boris Alfonso nantinya untuk menggantungkan hidup.
Seperti diketahui letak geografis desa saya di kelilingi Sungai Serayu yang memungkinkan secara ekonomi sendiri daerahnya kurang mendukung, bukan jalur lintas yang mana potensi konsumen orang-orang itu-itu saja.
Banyak dari bisnis baik makanan, minuman dan lain sebagainya yang dulu berjaya porak-poranda karena konsumen yang itu-itu saja.
Dan celakanya orang desa, apa yang dipandang bisnis sedang maju pasti itu akan ditiru dan berebut pelanggan yang secara pasti itu akan menenggelamkan mereka-mereka yang sudah berbisnis sebelumnya di bidang yang sama.
Saya yakin dengan bisnis yang kurang prospektif di desa saya, saya sendiri menyimpulkan dengan berbagai tantangan yang mungkin akan terjadi pada Boris Alfonso jika ia ngotot nan nekat, apakah dirinya memang ingin mencari tantangan dalam hidup bukan rasa nyaman saja yang digapai dalam hidupnya, yang mana sudah jelas bekerja di sebagai penjaga sekolah dapat mencukupi kebutuhannya sehari-hari.
Hidup Cari Nyaman Bukan Tantangan
Ya memang menebak bagaimana keinginan hidup itu tentu tidak dapat disederhanakan begitu saja. Semua itu adalah pilihan, dan yang memilih adalah diri kita masing-masing tidak terkecuali Boris Alfonso dengan ide-ide hidupnya.
Tetapi, apakah benar dalam hidup kita tidak memilih apa yang nyaman bagi diri kita sendiri, tercukupi setiap kebutuhan hidup sehari-hari, dan mungkinkah kita tidak dapat kaya sebagai seorang pekerja jika itu iya; ide dasar dari hidup setiap manusia itu?
Inilah yang mungkin pemikiran itu patut untuk diubah, siapapun bahkan itu menjadi pekerja atau karyawan bahkan penjaga sekolah sekalipun, semua dapat berbisnis dan menjadi seorang pengusaha juga.
Menjadi seorang pengusaha atau mau berbisnis, faktor utama adalah modal dan kemauan. Jika ada kemauan dan modal, saya kira bisnis itu dapat dijalankan, entah untung atau tidak bisnis itu karena banyak faktor tetapi menjalankan sebuah bisnis dapat dilakukan oleh siapapun dan berlatar belakang profesi apapaun, sebaliknya juga untuk menjadi orang kaya.
Menjadi pekerja saat ini dengan berbagai kompetisi yang ada dengan banyaknya jumlah penduduk, serta kebutuhan akan pekerjaan yang sangat timpang, di mana saat ini kesempatan untuk memperoleh pekerjaan saja sangat sulit.
Kini dapat bekerja dan berpenghasilan adalah kenyamanan hidup itu sendiri meski pendapatan hanya cukup saja untuk sehari-hari.
Demikianlah realitas yang harus kita pahami bahwasanya pemikiran akan yang jauh-jauh dalam membawa hidup kita, belum tentu sesuai dengan apa yang kita akan harapkan ke depannya, termasuk menjadi pengusaha sukses kaya dan tidak bekerja dengan orang dapat terlaksana.
Pekerja sekaligus menjadi pengusaha sangatlah mungkin, di mana kita dapat rajin menabung untuk investasi dari hasil pekerjaan kita; jika memang itu lebih, serta bersikap hati-hati dalam pengeluaran dan hidup hemat menjadi dasar sesuatu yang realistis kita lakukan.
Yang pasti dapat bekerja meski cukup itu adalah kenyamanan, apa lagi hidup di desa yang apa-apa kalau punya lahan bisa kita tanam “apa-apa” sebagai bahan makanan untuk makan. Dan dapat mengurangi biaya kebutuhan sehari-hari itu merupakan kepastian hidup di desa.
Saya maupun Boris Alfonso dengan rata-rata 3 bulan dapat income 6 juta di desa, menurut saya itu cukup dan mungkin jika hidup hemat bisa untuk ditabung dan menjalani bisnis yang aman di desa.
Maka dari itu jika sudah cukup dan nyaman, ngapain cari risiko untuk mencari nyaman lagi dalam hidup menurut tawaran-tawaran ide baru kita? Bukankah pikiran akan harapan-harapan melepas apa yang sudah ada dan tinggal dinikmati dilepas begitu saja merupakan sebuah ketersesatan yang belum tentu kita dapat kembali pada saat yang sama antara hari ini dan besok?
Ya memang benar untuk menjadi kaya memang penuh risiko, pun jangan lupa menjadi miskin pun berisiko hidup susah jauh dari kenyamanan. Untuk itu, jika saat ini diberi kesempatan bekerja, ya bekerjalah gunakan kesempatan itu untuk hidup lebih baik.
Perkara menjadi pengusaha, berbisnis, atau menjadi kaya itu dapat dilakukan walaupun kita menjadi pekerja. Kita bisa mulai dengan investasi atau apapun itu bentuknya yang terpenting dapat produktif menambah passive income kita.
Di desa masih banyak cara berbinis, menjadi pengusaha dan menjadi apapun itu meski juga menjadi pekerja sangat bisa dan terbuka dilakukan bersamaan. Salah satunya di desa sebagai ladang berbisnis yakni yang penting ada kemauan, pada umumnya di desa bertumpu ekonominya pada pertanian.
Bisa uang hasil tabungan untuk ikut menyewa lahan pertanian, kalau lebih ingin aman lagi berbisnis “gade lahan” itu uang kembali, kita dapat menggarap lahan pertanian untuk tambahan pendapatan kita “asal mau”.
sumber : kompas.com
tags; #ekonomi