Banda Aceh – Setelah beberapa tahun “tiarap” akibat didera pandemi Covid-19, pengembang yang tergabung dalam APERSI mulai bangkit lagi. Di bawah kepemimpinan manajemen baru, para developer kembali menyediakan rumah berbagai tipe untuk masyarakat.
Ketua Dewan Pengurus Daerah Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (DPD APERSI) Aceh, Marlina, mengatakan, organisasinya memiliki anggota hingga 120 perusahaan. Karena didera Covid-19 dan sebab-sebab lain, jumlahnya sempat berkurang.
“Alhamdulillah sekarang sudah mulai bangkit lagi. Jumlah anggota sekarang sekitar 60-an,” ujarnya, Sabtu (23/9/2023).
Pernyataan itu disampaikan Marlina kepada para wartawan yang tergabung dalam Asosiasi Media Siber Aceh (AMSA) di kantornya kawasan Cot Irie, Aceh Besar. Ketua APERSI itu mengundang khusus komunitas AMSA berkunjung ke kantor yang baru saja diresmikan sehari sebelumnya, yakni Jumat 22 September 2023.
Kepada awak media, Marlina menceritakan perjalanan kariernya di dunia pengembang, khususnya dalam kapasitasnya sebagai pengurus APERSI. Kata wanita ini, dulu, sebelum menduduki jabatan ketua, dia merupakan bendahara APERSI.
“Saya sempat ditunjuk sebagai Plt beberapa lama,” sambungnya.
Sebagai developer, kata Marlina, anggota APERSI menyediakan rumah berbagai tipe untuk masyarakat, mulai dari rumah subsidi hingga tipe-tipe lainnya. Didukung para anggota yang tersebar di seluruh Aceh, sambungnya, APERSI terus membantu pemerintah dalam menyediakan hunian yang layak dengan harga terjangkau bagi masyarakat.
Menjawab pertanyaan awak media terkait harga rumah yang dirasakan semakin meningkat, Marlina menjelaskan, bahwa pada dasarnya harga rumah ditentukan oleh beberapa faktor. Ia memberi contoh fluktuasi harga material dan bahan bangunan.
“Tapi, yang sangat mempengaruhi adalah harga tanah yang terus meningkat,” ujarnya.
Ketersediaan lahan, kata dia, menjadi problem tersendiri yang dihadapi para pengembang. Para developer sulit mendapatkan lahan yang strategis yang dekat dengan berbagai fasilitas umum, apalagi dekat dengan pusat kota.
“Lahan yang ada makin ke pinggiran. Ini sangat mempengaruhi harga dan menjadi tantangan tersendiri bagi kami,” ucap Marlina.
Menurut dia, harga tanah sangat mempengaruhi nilai jual rumah. Meski demikian, kata ketua APERSI Aceh, pihak pengembang dalam APERSI tetap memelihara komitmen jika sudah mengikat kontrak dengan konsumen.
“Kita tidak akan menaikkan harga meskipun terjadi kenaikan harga barang, seperti naiknya harga material setelah terjadi krisis pasir di Aceh Besar dan Banda Aceh beberapa hari terakhir,” tegasnya.
Bantuan ambulace
Tidak hanya berbisnis, kata Marlina, APERSI Aceh juga ikut terlibat dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Salah satu contoh, sebagai wujud kepedulian kepada sesama, organisasi ini menyediakan satu unit ambulance untuk keperluan masyarakat.
Fasilitas tersebut, kata ketua APERSI Aceh, sudah mulai aktif beroperasi. Sehari setelah peresmian kantor Apersi Aceh, ambulance APERSI telah memulai “tugas mulianya”.
Dijelaskan, pada Jumat lalu, ambulance telah menjalankan misi kemanusiaan mengantar seorang pasien dari Sabang ke Lhokseumawe. Apa yang dilakukan itu, kata ketua APERSI Aceh, dimaksudkan sebagai kepedulian terhadap sesama.
APERSI berharap, pelayanan ambulance dapat memberi kemudahan bagi masyakarat yang membutuhkan. Siapa yang memerlukan layanan tersebut, diminta, untuk dapat menghubungi Kantor APERSI di kawasan Cot Irie, persisnya di samping Koramil.
“Semoga kehadiran APERSI bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” pungkasnya.[]