ACEHINDEPENDENT.COM, Jakarta – Sakit perut pada anak kerap membuat orang tua khawatir, karena anak kerap sulit mengutarakan keluhan dengan jelas. Karena itu, penting bagi orang tua mengetahui tanda-tanda sakit perut pada anak yang disebabkan banyak faktor, mulai dari hal sepele sampai ke masalah yang lebih serius.
Sakit perut pada anak biasanya menjadi pertanda ada gangguan kesehatan. Yang paling sering dialami adalah diare atau flu perut. Diare yang disebut juga muntaber ini merupakan gangguan pencernaan yang ditandai dengan buang-buang air kadang disertai muntah.
Penyebab tersering sakit ini adalah infeksi virus yang akan sembuh dalam beberapa hari. Orang tua cukup memastikan anak mendapat banyak cairan melalui minum air putih.
Hal yang perlu diperhatikan jika anak mengalami demam tinggi, dehidrasi, ada darah di tinja atau muntahan anak, atau gejala tidak mereda, maka segera bawa ke dokter. Sebab pada beberapa anak bisa menimbulkan gangguan tumbuh kembang.
Sakit perut lain yang dialami anak adalah Gastroesophageal reflux disease (GERD) yang sering dianggap sebagai penyakit orang dewasa. Namun kenyataannya GERD ini juga umum terjadi pada anak-anak dan bayi.
Pada anak yang lebih kecil, GERD sulit ditentukan, namun gejala yang biasanya timbul dapat berupa muntah diikuti dengan gejala lain seperti penurunan berat badan, rewel, sering menangis, menolak makan, atau adanya gangguan napas kronik.
Menurut Dokter Spesialis Gastrohepatologi Anak Mayapada Hospital Kuningan, dr. Eva Jeumpa, Sp. A (K), untuk anak yang lebih besar, keluhan GERD seringkali sama seperti yang dialami orang dewasa seperti muntah, mulut terasa asam, nyeri di perut bagian atas, dan sendawa berlebihan.
“Ada kalanya GERD muncul berulang terus-menerus, dan kurang responsif terhadap pengobatan hingga mengakibatkan anak sulit menelan. Perlu pemeriksaan diagnostik agar diketahui apa penyebab GERD berulang, salah satunya dengan endoskopi,” ucapnya.
Ditambahkan dr. Eva, tes diagnostik ini dilakukan untuk memeriksa bagian dalam saluran cerna, dengan menggunakan tabung kecil fleksibel yang disebut endoskop. Alat ini memiliki cahaya dan lensa kamera di ujungnya, sehingga saluran cerna dapat terlihat dan sampel jaringan dari dalam juga dapat diambil untuk pengujian.
Selain diare dan GERD, satu sakit perut lainnya yang perlu diperhatikan orang tua saat anak-anak yang masih kecil miliki kebiasaan memasukkan benda ke dalam mulutnya. Bila benda asing tertelan melewati kerongkongan, namun tersangkut di lambung atau usus, gejala sakit perut, kembung, mual muntah hingga kehilangan nafsu makan dapat terjadi.
“Tindakan endoskopi dapat segera dilakukan untuk mengeluarkan benda asing yang tertelan,” Lanjut dr. Eva.
Kemudian sembelit juga merupakan hal yang sering terjadi pada anak. Yang dimaksud dengan sembelit adalah BAB dengan frekuensi jarang.
Penanganan yang bisa dilakukan dengan memberikan makanan berserat seperti sayur dan buah, serta banyak minum. Bila sembelit sering terjadi atau disertai keluhan lain, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
“Segera periksakan anak ke dokter jika timbul keluhan sakit perut, karena penanganan yang tepat dapat kurangi risiko terjadinya komplikasi yang lebih berat,” ujarnya.
Karena itu, jika sudah mengenali tanda-tanda sakit perut pada anak tersebut, terutama yang terindikasi serius, maka para orang tua perlu melakukan pemeriksaan ke layanan kesehatan seperti Pediatric Center Mayapada Hospital yang menyediakan layanan komprehensif untuk si kecil.
Layanan Pediatric Center Mayapada Hospital meliputi pemeriksaan kesehatan, deteksi dini dan vaksinasi, perawatan medis, tindakan bedah dan rehabilitasi, termasuk untuk kasus jantung, gangguan neurologis, pencernaan, kelainan tulang, dan kondisi lainnya.
Selain itu, tim Pediatric Center Mayapada Hospital juga terdiri dari dokter spesialis anak dengan subspesialisasi seperti konsultan gastroenterohepatologi anak, konsultan hematologi onkologi anak, konsultan neurologi anak dan konsultan jantung anak, serta dokter spesialis bedah anak dan dokter spesialis lain yang dapat menangani kasus keganasan atau kanker pada anak.
sumber : cnnindonesia
Tags: #makanan #kesehatan #COVID Omicron