Ingin Bangkit, Pariwisata Aceh Harus Berbenah

Pariwisata Aceh
Wisatawan memadati destinasi wisata bencana tsunami Aceh kapal PLTD Apung pada libur Lebaran di Banda Aceh, Aceh, Selasa (25/4/2023). ANTARA

ACEHINDEPENDENT.COM – Bangkit Pariwisata Aceh , sekilas ucapan itu memang mudah kita ucapkan, tapi susah ketika kita realisasikan, dalam acara Bank Indonesia beberapa waktu lalu di Medan, analis senior Bank Indonesia, Yuri Fathia Zumara mengatakan kalau aceh ingin bangkit tonjolkan ke khasan Aceh itu sendiri.

Ada budaya di Aceh setiap hari Jumat semua toko tutup nah itu menjadi daya Tarik bagi orang luar untuk merasakan nuansa islami di kota yang mayoritas muslim, budaya-budaya seperti ini harus lebih di populerkan lagi, sehingga dapat tersiarkan hingga keluar baik nasional maupun internasional.

Bacaan Lainnya

Dari segi wisata halal Yuri menambahkan Aceh banyak wisata halal yang dapat di promosikan keindahan pantai yang tetap menjunjung nilai keislaman melalui konten-konten di media social, banyak pantai kini telah menyediakan tempat-tempat melaksanakan ibadah lima waktu, sehingga pengunjung tetap dapat menikmati keindahan pantai tanpa meninggalkan shalat lima waktu.

Aceh berbeda dengan daerah lain, disabang misalnya banyak potensi-potensi yang belum digarap secara maksimal, sehingga orang menjadi bosan untuk mengunjunginya karena mereka mengaggap, “ah kami sudah pernah kesabang, gitu-gitu aja taka da yang baru,” itulah sepenggal kalimat yang terucap dari orang-orang yang telah berkunjung ke Sabang.

Di Banda Aceh tentu memiliki banyak tempat wisata yang masih di suguhkan secara monoton, belum ada inovasi yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung kembali, hal itu dapat kita contohkan pada objek wisata yang telah ada saat ini seperti Museum Tsunami, PLT Apung, kapal diatas rumah, semua itu perlu perhatian khusus, agar dapat memikat wisatawan untuk berkunjung kembali.

Dari hal-hal spele seperti mengecat ulang bangunan dan juga mengecek material-material yang mungkin sudah tidak dapat dipergunakan kembali, seperti tangga bangunan yang sudah usam dimakan zaman, harus segera di perbaiki dengan yang baru, sehingga tidak mengganggu kenyamanan wisatawan ketika mengunjungi tempat tersebut.

Untuk menyediakan oleh-oleh ataupun buah tangan kita dapat mencontohkan Kota Medan, disana ada Bolu Meranti dan Juga Julaikha, meraka menyediakan makanan khas dan di sajikan dengan penyajian yang baik, mulai dari pengemasan hingga tempat penjualan, sehingga memikat wisatawan untuk membeli produk mereka, bahkan tak lengkap rasanya jika berkunjung ke Medan tanpa membeli oleh-oleh khas medan yang dua ini.

Aceh memang ada makanan khasnya hanya saja kurang dikemas sedemikian rupa seperti yang dilakukan di Kota Medan, dengah menyediakan satu tempat khusus untuk wisatawan berbelanja oleh-oleh misalanya dengan Pisang Sale, selama ini kita hanya melihat hanya dibungkus dengan plastic putih yang trasnparan, itu sudah terjadi sejak lama, yang seharusnya itu sudah tidak lagi seperti itu, perlu dilakukan inovasi dengan mengganti bungkus yang lebih moderen, baik kemasan maupun cara penyajian, sehingga menjadi lebih istimewa dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Untuk mengubah hal-hal yang di sabutkan diatas memang kita tidak bisa melakukan sendirian, perlu kerjasama baik pemerintah, swasta ataupun para UMKM yang bergerak dibidang masing-masing, namun merubah itu semua tidaklah payah jika kita mau bersatu bahu membahu agar pariwisata Aceh bangkit, dan menjadi tujuan favorit wisatawan, dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat Aceh. Semoga!!!

AI

Pos terkait